Jumat, 30 Mei 2008

Hadist Ahad

sumber www.syariahonline.com
Pertanyaan:
Bagaiman hukumnya yang tidak mempercayai akan hadist ahad, namun termasuk hadis soheh (Bukhori/muslim)
Nana Mahdi

Jawaban:
Assalamu `alaikum Wr.wb.
Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Dalam masalah perbedaan pendapat tentang hadits ahad, ada hal-hal yang perlu disepakati dan dipahami bersama terlebih dahulu, agar tidak terjadi perbedaan yang terlalu tajam.
1. Masalah hadits ahad adalah masalah dalam ilmu hadits, karena itu penjelasan tentang kriteria hadits ahad dan pengertiannya tidak boleh lepas dari disiplin ilmu hadits.
2. Istilah hadits ahad menurut ilmu hadits adalah hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir dalam riwayatnya. Jadi istilah ahad dalam jenis hadits ini adalah lawan dari mutawatir. Dimana mutawatir itu adalah hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi pada setiap thabaqatnya yang mustahil mereka melakukan kebohongan secara sengaja. Karena itu hadits ahad adalah hadis yang sedikit lebih rendah dari mutawatir, namun tetap diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi yang tsiqah. Di dalam kelompoh hadits ahad ini ada hadits shahih, hasan dan dhaif.
3. Perlu diketahui bahwa jumlah hadits yang mencapai derajat mutawatir itu sedikit sekali. Sebagian ulama ada yang menghitungnya dan tidak sampai 200-an hadits. Selebihnya hampir semua hadits-hadits nabawi itu kebanyakan ahad. Tapi yang dimaksud ahad bukanlah diriwayatkan hanya oleh satu orang. Karena hadits itu di dalamnya terdapat hadits shahih, hasan dan lainnya. Jadi meski namanya hadits ahad, tapi tetap kuat derajatnya karena hadits ahad itu banyak yang shahih atau hasan.
4. Dalam ilmu hadits, hanya hadits yang berkategori yang dhaif-lah yang tidak memiliki kekuatan sebagai dasar aqidah atau ilmu. Sedangkan untuk perkara yang berkaitan dengan fadhailul-a`mal, sebagian ulama membolehkan menggunakan hadits dhaif.
5. Kerancuan pemahaman ini sering dijadikan alat oleh musuh Islam untuk mulai menggerogoti pemahaman umat Islam terhadap kedudukan hadits nabawi.
Padahal sejarah Islam membuktikan bahwa gerakan dan metodologi kritik hadits yang dirintis para ulama dalam dunia hadits telah berhasil memilah dan memisahkan antara hadits palsu dengan hadits yang benar secara sangat ilmiyah dan bertanggung-jawab. Bahkan disiplin ilmu ini hanya ada satu-satunya dalam Islam. Sehingga hadits-hadits yang jutaan dan berserakan itu bisa dideteksi secara sangat cermat status dan kedudukannya.

Dan yang berada pada puncaknya adalah kumpulan hadits-hadits shahih yang telah berhasil diperas oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dalam ash-shahihain mereka. Disusul oleh kitab-kitab hadits lainnya hasil perasan para imam hadits lainnya yang juga memiliki hujjah dan kekuatan yang baik.

Oleh para zindiq dan musuh Islam, semua hadits hasil kerja panjang yang telah tersusun rapi itu ingin diacak-acak dengan cara yang jelek sekali, yaitu mengelabuhi generasi muda Islam ini dengan tuduhan dan statement yang sama sekali tidak ilmiyah dan terkesan ngawur. Karena mencampur-adukkan pengertian hadits ahad dan hadits gharib dan dha`if. Padahal ketiganya sangat berbeda jauh pengertiannya.

Atau menuduh bahwa Abu Hurairah itu pembohong, juga mengatakan bahwa Hadits baru ditulis ratusan tahun setelah Rasulullah SAW wafat, termasuk mendiskriditkan Az-Zuhri dan juga Al-bukhari. Tapi semua tuduhan itu sudah patah dengan sendirinya sejak lama, terutama oleh merka yang mengenal ilmu hadits. Sedangkan orang awam yang tidak punya bekal sedikitpun tentang ilmu hadits, sering dengan mudahnya terkecoh dan melahap mentah-mentah tudingan para orientalis

Namun demikian, bisa atau tidaknya hadits ahad dijadikan landasan dalam aqidah, para ulama seringkali berdebat. Misalnya paham Asyariyah mengatakan bahwa hadits-hadits ahad tidak bisa dijadikan dalil untuk menetapkan suatu aqidah dan mendahulukan akal atas naql jika terjadi pertentangan serta mereka juga mentakwil ayat-ayat sifat.

Wallahu a’lam bish-shawab.
Wassalamu alaikum wr.wb.

Tidak ada komentar: