Jumat, 30 Mei 2008

ISTIQAMAH DALAM BERAQIDAH TAUHID

Menjadi orang yang istiqamah dalam beraqidah tauhid merupakan dambaan setiap Mu’min sejak generasi dahulu (As Salafus Shalih) sampai generasi di akhir zaman. Betapa tidak, nilai dan derajat seseorang di sisi Allah Azza Wa Jalla terletak pada keistiqamahannya didalam memegang teguh nilai-nilai ajaran aqidah yang benar (Al Islam) sampai ia meninggalkan dunia yang fana ini.

Jaminan yang menantinyapun tidak tanggung-tanggung berupa tempat kenikmatan yang tiada taranya yaitu Syurga (Lihat Al Qur’an Surah Fushshilat(41) ayat 33. Dan diantara ketakutan yang paling sangat dari para sahabat Nabi sekalipun adalah takut mengakhiri hidupnya dalam keadaan tidak istiqamah dengan aqidah tauhid, padahal mereka itu dikatakan oleh Nabi sebagai “Khairun Naas” ( sebaik-baik manusia).

Untuk mencapai derajat itu kita mesti siap mengorbankan harta, perasaan, waktu, fikiran, bahkan jiwa sekalipun demi mempertahankan nilai yang sangat tinggi itu. Lihat firman Allah dalam surat Ali Imran (3) ayat 142.

Konsep ini telah diperankan dengan sebaik-baiknya oleh para Nabi dan Rosul ‘Alaihimus Shalatu was Salam serta para Sahabat Radiyallahu ‘Anhum ‘Ajmain sehingga mereka itu dijadikan oleh Allah sebagai standar dan teladan dalam beristiqamah dengan aqidah tauhid.

Esensi Istiqamah

Nabi memberikan isyarat tentang esensi sesungguhnya dari sifat istiqamah di dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari :
وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا

Artinya : Sesungguhnya amalan-amalan itu terletak pada penghabisan (umur)nya.

Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa esensi dari istiqamah adalah komitmen dengan aqidah tauhid dengan berbagai tuntutan dan konsewensinya sampai akhir hayat. Orang yang mati dalam keadaan seperti ini disebut juga dengan “Husnul Khatimah”. Itulah sebabnya seseorang yang sekarang ini melakukan amalan-amalan baik (amalan ahli syurga) tidak boleh terburu-buru kita klaim telah Istiqamah, sebaliknya orang yang sampai sekarang ini masih juga bergelimang dengan amalan-amalan ahli neraka tidak boleh pula dengan gegabah diklaim orang yang tidak istiqamah, karena ke Istiqamahan seseorang hanya dapat ditentukan pada akhir kehidupannya (Lihat Hadits ke 4 dari Kitab ‘Arba’in An Nawawiyyah disusun oleh Imam An Nawawi)

Satu hal yang perlu dipahami pula bahwa sifat Istiqamah ini terkait dengan keImanan dan keImanan berkaitan erat dengan hati (al Qalb) sehingga keadaan dan sifatnya juga bersesuaian dengan hati, diantara sifat yang menonjol dari hati adalah berbolak-balik. Nabi bersabda :
إنما سمي القلب من تقلبه

Artinya : dinamakan hati itu “qalb” karena (sifatnya) yang berbolak-balik. (HR. Ahmad).

Sifat hati yang tidak tetap inilah menyebabkan keadaan seseorang sulit diprediksi apakah ia akan tetap beriman (istiqamah) atau ia tidak berhasil mempertahankan keimanannya (tidak Istiqamah) sampai menginjak garis finish kehidupannya.

Urgensi Aqidah Tauhid

Sesuatu yang harus dipegang teguh (istiqamah) tentu memiliki nilai dan urgensi yang sangat penting, karena itu maka Aqidah Tauhid memiliki beberapa keutamaan dan peranan yang sangat penting yang harus dipegang teguh sampai Allah mewafatkan kita, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Aqidah Tauhid merupakan landasan utama diterimanya suatu amal.

Seseorang yang beramal dengan sebaik apapun amalnya dan sebesar apapun manfaatnya, namun ia tidak beraqidah tauhid maka amalan tersebut hanya akan menjadi sia-sia belaka, amalan tersebut tidak akan dinilai oleh Allah. Karena pada dasarnya orang yang tidak beraqidah tauhid adalah Musyrik. Allah menegaskan hal ini dalam firmanNya :
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Artinya : Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi (QS.Az Zumar (39) ayat 65).

Lihat pula Al Qur’an Surah Ali Imran(3) ayat 85.

2. Sebab utama kebahagiaan dunia.

Aqidah Tauhid membekali kita unsur-unsur pokok kebahagiaan diantaranya adalah syukur,qana’ah, ridha dan shabar. Dengan bersifat ridha, qana’ah dan mensyukuri setiap pemberian Allah sekalipun sedikit maka hati kita merasakan ketenangan. Dengan bersifat shabar terhadap setiap musibah yang menimpa kita maka hatipun tidak terombang-ambing. Pada sisi inilah sehingga Nabi memberikan pujian kepada orang yang beraqidah tauhid (beriman) dengan pujian Manusia Ajaib :
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Artinya : Alangkah ajaib (menakjubkan) urusan orang beriman, sesungguhnya urusannya seluruhnya adalah baik,tidak ada yang seperti itu seorangpun kecuali bagi orang yang beriman, jika ia diberikan kelapangan maka ia bersyukur maka hal itu adalah kebaikan baginya, dan jika ditimpakan kepadanya kesulitan maka ia bersabar maka hal itu adalah kebaikan baginya. (HR.Muslim, Ahmad dan Ad Daarimi).

3. Syarat utama masuk syurga di akhirat kelak.

Orang yang mati dalam keadaan tidak beraqidah tauhid (syirik) maka Allah tidak akan mengampuni dosanya dan masuk ke dalam neraka kekal di dalamnya. Sebaliknya jika ia mati dalam keadaan beristiqamah dengan aqidah tauhid maka ia pasti akan masuk syurga. Allah menegaskan dalam firman-Nya di Surah An Nisa(4) ayat 48. Rasulullah صل اللة عليه وسلم bersabda :
مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارَ

Artinya : Barang siapa menemui Allah (mati) dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada-Nya sedikit pun, pasti masuk syurga, tetapi barang siapa menemui-Nya (mati) dalam keadaan berbuat syirik kepada-Nya, pasti masuk neraka (HR. Muslim)

Dengan demikian tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali beraqidah tauhid dan mati dalam keadaan berpegang teguh dengannya.

Jalan Menuju Istiqamah

Agar kita dapat menjadi orang yang istiqamah dalam aqidah tauhid, maka ada beberapa jalan yang harus kita lalui, diantaranya :

1. Meluangkan Waktu untuk Mempelajari Ilmu Syar’i

Mempelajari Ilmu Syar’i dengan mendahulukan aqidah tauhid yang benar (Aqidah Tauhid As Salaf As Shalih) akan memberikan kemantapan dalam keyakinan kita, sementara mantapnya keyakinan merupakan modal utama untuk istiqamah. Lihat QS. Fathir (35) ayat 28.

2. Bergaul dengan teman-teman yang baik dan teguh aqidahnya

Kondisi keimanan kita sangat dipengaruhi oleh dengan siapa kita banyak berinteraksi. Rasulullah صل اللة عليه وسلم membuat perumpamaan yang sangat relevan dengan konteks ini dalam sebuah hadits yang artinya : Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti ( orang yang bergaul dengan ) penjual minyak wangi dan tukang pandai besi , maka penjual minyal wangi jika ia tidak menghadiahkan kepadamu minyak wanginya , kamu membeli dari padanya atau kamu mendapatkan bau harum darinya, dan dengan tukang pandai besi maka bajumu akan terbakar atau kamu akan mendapatkan bau busuk daripadanya. (HR Muttafaq Alaih).

3. Banyak melakukan amal shalih dan menjauhi perbuatan maksiyat

Amal Shalih memiliki pengaruh langsung dengan bertambahnya iman kita, demikian pula perbuatan dosa dan maksiyat akan menyebabkan lemahnya iman kita. Para Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengambil istimbath dari ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits-hadits Nabi dengan mengatakan bahwa :
الإيمان يزيد وينقص يزيد بالطاعة وينقص بالمعاصي

Artinya : Iman itu akan bertambah dan berkurang, bertambah dengan amal-amal ketaatan dan akan berkurang dengan perbuatan maksiyat.

4. Tidak terpengaruh dengan tipuan daya dunia

Salah satu faktor yang senantiasa mengancam keimanan kita adalah pengaruh dunia, jika ia menjadi sesuatu yang kita prioritaskan dan kita jadikan standar penilaian maka dunia akan menelan Iman kita sehingga suatu saat yang tidak disadari kita mati dalam keadaan iman kita habis ditelannya. (Lihat QS.2: 96, 57 : 20 )

5. Takut dengan su’ul khatimah (akhir hidup yang buruk)

Takut dengan su’ul khatimah akan kita rasakan dengan mengetahui dan merenungi akibat-akibatnya demikian pula dengan banyak membaca kisah-kisah dari orang yang mati dalam keadaan su’ul khatimah. Munculnya rasa takut dengan su’ul khatimah akan menyadarkan dan memotifasi kita untuk semakin menguatkan aqidah tauhid.

6. Senantiasa berdo’a

Berdo’a kepada Allah merupakan sebab yang paling kuat untuk istiqamah di jalan-Nya, karena di tangan-Nyalah hati kita yang merupakan tempatnya aqidah berada, Ia berkuasa membolak-balik sesuai kehendak-Nya.

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِك َ
Allah mengajarkan kita do’a seperti yang disebutkan dalam QS. 3 : 8, demikian pula Rasulullah e mengajarkan kita do’a :

Artinya : Ya Allah Yang membalik hati-hati manusia balikkan hati kami untuk (senantiasa) taat kepadaMu. (HR. Muslim)-Muhammad Qasim Saguni-

Tidak ada komentar: